Pada umumnya perkembangan merupakan hasil proses
kematangan atau kedewasaan (Hurlock, 1998 : 28). Demikian pula, kematangan
sosial sebagai hasil proses belajar anak yang diperolehnya melalui sosialisasi.
Sosialisasi merupakan proses dari penyerapan sikap-sikap, nilai-nilai,
kebiasaan-kebiasaan masyarakat sehingga individu terampil dalam menguasai
kebiasaan-kebiasaan kelompoknya dan berprilaku sesuai dengan tuntutan sosialnya
dan dengan demikian individu akan menjadi orang yang mampu bermasyarakat dan
diterima di lingkungan sosialnya, sebagai cermin adanya kematangan sosial
sesorang anak maka haruslah melalui tahapan sosialisasi.
Menurut Hurlock (1998 : 250), proses sosialisasi meliputi beberapa proses yaitu :
a. Belajar berprilaku yang dapat diterima secara
sosial
b. Memainkan peran sosial yang diterima oleh
lingkungannya
c. Terjadinya perkembangan sikap sosial akibat
adanya proses sosialisasi
d. Adanya rasa puas dan bahagia karena dapat ikut
ambil bagian dalam aktifitas kelomponya atau dalam hubungannya dengan teman atau
orang dewasa yang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan sosial.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya perbedaan antara ketrampilan dan
kematangan sosial seseorang anak dengan lainnya, yaitu :
a. Usia keronologis dan usia mental anak (Johnson
dan Medinnus, 1976 : 290).
Semakin bertambahnya usia anak, ia akan semakin
trampil, semakin besar bariasi dan terampilannya, semakin abik pula kualitasnya
(Hurlock, 1998:162)
b. Urutan anak,
ada perbedaan perkembangan motorik anak menurut
urutan kelahiran anak. yang dikemukakan oleh Hurlock (1998 : 54) bahwa
perkembangan motorik anak pertama
cenderung lebih baik daripada perkembangan anak yang lahir kemudian hal ini
lebih dikeranakan oleh perbedaan rangsangan yang diberikan oleh orang tuanya. Demikian
juga dengan kondisi kematangan sosial anak hal ini dipengaruhi oleh urutan anak
(Sobur, 1986 : 5-6) anak pertama akan lebih banyak memerankan model sosial
dibandingkan dengan anak tengah ataupun anak bungsu.
c. Jenis kelamin,
jenis kelamin membedakan pola interaksi sosial anak
antara anak perempuan dan anak laki-laki memiliki perbedaan pola interaksi, hal
ini mempengaruhi pula pada kematangan sosial anak. Dua anak yang usianya sama
tetapi berjenis kelamin berbeda, maka kematangan sosialnya pada aspek-aspek
tertentu tentu berbeda.
d. Keadaan sosial ekonomi,
kondisi
perekonomian orang tua (keluarga) akan berdampak pada sikap interaksi sosial
anak. Secara umum dapat tergambarkan bahwa anak-anak yang memiliki kondisi
sosial ekonomi lebih baik maka anak akan memiliki kepercayaan diri yang baik
pula, seperti yang dikemukakan oleh Zakiah Darajat (1987;87). Anak-anak orang
kaya memiliki berbagai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosialnya pada
berbagai kesempatan dan kondisi lingkungan yang berbeda.
e. Kepopuleran anak,
anak-anak yang memiliki kelebihan dalam hal
kepopuleran maka anak tersebut akan semakin bisa diterima oleh lingkungan
sosialnya.
f. Kepribadian anak,
kepribadian anak disini adalah tipologi anak pada
masa perkembangan. Anak-anak yang memiliki kepribadian terbuka atau yang
disebut berkepribadian extrofert akan lebih bisa berinteraksi dengan
lingkungannya dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki tipe kepribadian
tertutup introfert.
g. Pendidikan orang tua,
pendidikan orang tua mempengaruhi bagaimana anak
bersikap dengan lingkungannya. Ketidaktahuan orang tua akan kebutuhan anak
untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya tentu membatasi anak untuk dapat
lebih leluasa melakukan eksplorasi sosial diluar lingkungan rumahnya.
Pendidikan orang tua yang tinggi, atau pengetahuan yang luas maka orang tua
memahami bagaimana harus memposisikan diri dalam tahapan perkembangan anak.
Orang tua yang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang baik maka akan
mendukung anaknya agar bisa berinteraksi sosial dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar