Menurut Sarwono (1999) ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang yaitu :
a. Factor Predisposing (faktor yang mempermudah)
1) Pengetahuan ibu tentang ASI
Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mudah orang melakukan
perubahan dalam tindakannya. Pengetahuan ibu tentang ASI
akan berpengaruh terhadap kemauan ibu memberikan ASI kepada anaknya. Ibu dengan
pengetahuan tentang ASI kurang, bisa jadi menganggap bahwa itu tidak penting,
sehingga tidak ada kemauan untuk memberikan ASI kepada anaknya. Sebaliknya ibu
yang pengetahuan tentang ASI luas, baik mengenai manfaat, tujuan, kapan dan
sebagainya dengan sendirinya ia akan memberikan ASI kepada anaknya.
2) Tingkat pendidikan
Asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan
semakin mudah pula orang itu menerima rangsangan perubahan keadaan di
sekitarnya. Tingkat pendidikan ibu sangat menentukan kemudahan dalam menerima
setiap pembaharuan. Makin tinggi pendidikan ibu maka akan makin cepat tanggap
dengan perubahan kondisi lingkungan, dengan demikian lebih cepat menyesuaikan
diri dan selanjutnya akan mengikuti perubahan itu. Di samping itu semakin
tinggi tingkat pendidikan akan semakin luas pengetahuan sehingga akan
termotivasi menerima perubahan baru, adanya perbedaan tingkat pendidikan
mempengaruhi pengetahuan, yang menyebabkan perbedaan dalam tanggapan terhadap
suatu masalah. Selain itu akan berbeda pula tingkat penangkapan terhadap
penerimaan pesan yang disampaikan dalam hal ASI demikian pula halnya. Makin
tinggi pendidikan ibu akan makin mudah pula menerima inovasi-inovasi
baru yang dihadapinya termasuk ASI.
b. Factor Enabling (faktor-faktor yang memungkinkan)
1) Tingkat pendapatan
Menurut WHO yang menyebabkan seseorang berperilaku itu diantaranya adalah
sumber daya (Resources) yang meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja,
pelayanan dan ketrampilan. Pendapat lain menyatakan bahwa faktor yang mendorong
masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan salah satunya
adalah ekonomi yang memadahi dan faktor yang menghambat salah satunya adalah
rendahnya sosial ekonomi akan berpengaruh pada kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan ASI khususnya pada bayi.
2) Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan ibu dalam memberikan ASI
kepada anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja akan lebih mempunyai kesempatan
untuk memberikan ASI kepada anaknya dibanding dengan ibu yang bekerja. Sering
juga ibu yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya lupa akan memberikan ASI
kepada anaknya.
3) Jarak dan keterjangkauan tempat pelayanan
Tempat pelayanan yang jaraknya jauh bisa jadi membuat orang enggan untuk
mendatanginya. Jauhnya tempat pelayanan bisa menyebabkan membengkaknya
akomodasi pelayanan, karena selain biaya pelayanan kesehatan ada biaya tambahan
yaitu biaya transportasi. Bagi orang-orang yang hanya berfikir sederhana
mungkin akan memutuskan untuk tidak datang ke sarana pelayanan kesehatan. Hal
ini yang mungkin terjadi adalah ketidakterjangkauan sarana pelayanan kesehatan
oleh masyarakat
c. Factor Reinforcing (faktor yang memperkuat)
1) Motivasi petugas
Persyaratan utama masyarakat untuk berpartisipasi ialah motivasi. Tanpa
motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi di segala program. Timbulnya
motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya merangsang
saja. Untuk itu motivasi petugas kesehatan kepada masyarakat dalam bentuk
pendidikan kesehatan sangat diperlukan Masyarakat awam biasanya akan percaya
pada orang yang dianggapnya mempunyai pengetahuan luas. Petugas kesehatan yang
ada di desa oleh masyarakat biasanya dianggap sebagai orang yang tahu segalanya
tentang masalah kesehatan. Sehingga masyarakat akan percaya terhadap apa yang
dikatakan petugas.
2) Kedisiplinan petugas kesehatan
Petugas kesehatan bisa disebut sebagai abdi masyarakat. Kedisiplinan
petugas dalam melaksanakan tugasnya akan berpengaruh pula pada kemauan
ibu dalam memberikan ASI untuk anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar