Surfaktan
merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus
lipofilik seh ingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh
karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar
yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan
minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan
positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan
dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air,
membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam
dalam fase minyak.
Umumnya
bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang,
sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil. (Jatmika,
1998) Permintaas surfaktan di dunia internasional cukup besar. Pada tahun 2004,
perm intaan surfaktan sebesar 11,82 juta ton per-tahun dan pertumbuhan
permintaan surfaktan rata-rata 3 persen per-tahun (Widodo, 2004). Penggunaan
surfaktan sangat bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik, farmasi,
makanan, tekstil, plastik dan lain- lain. Beberapa produk pangan seperti
margarin, es krim, dan lain-lain menggunakan surfaktan sebagai satu bahannya.
Syarat
agar surfaktan dapat digunakan untuk produk pangan yaitu bahwa surfaktan
tersebut mempunyai nilai Hydrophyle Lypophyle Balance (HLB) antara 2-16, tidak
beracun, serta tidak menimbulkan iritasi. Penggunaan surfaktan terbagi atas
tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi
(emulsifying agent) dan bahan pelarut (solubilizing agent). Penggunaan
surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara
menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan
dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air
dalam minyak. Emulsi didefinisikan
sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua fasa cairan yang tidak saling m
elarut, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globula-globula
cairan lainnya.
Cairan
yang terpecah menjadi globula-globula dinamakan fase terdispersi, sedangkan
cairan yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase kontinu
atau medium dispersi. Berdasarkan
jenisnya emulsi dibedakan menjadi dua yaitu:
1)
Emulsi minyak dalam air (O/W), adalah emulsi dimana bahan pengem ulsinya mudah
larut dalam air sehingga air dikatakan sebagai fase eksternal.
2)
Emulsi air dalam minyak (W/O), adalah emulsi dimana bahan pengem ulsinya mudah
larut dalam minyak.
Gugus
hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air,
sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan
minyak. Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan
jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul
surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan
minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non
polarnya lebih dominan, maka molekulmolekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi
lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air.
Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinu.
Penambahan
surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan perm ukaan larutan.
Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan
permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan
permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan
terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro, 1990).
Klasifikasi
surfaktan berdasarkan muatannya dibagi m
enjadi empat golongan yaitu:
1)
Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
anion. Contohnya adalah garam alkana
sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam lemak rantai panjang.
2)
Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
kation. Contohnya garam alkil trim ethil ammonium, garam dialkil-dimethil
ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium.
3) Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang
bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya
ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam
lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol
amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.
4) Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang
bagian alkilnya m empunyai muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang
mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar