Pada kenyataannya, ada siswa yang motif berprestasinya lebih bersifat
intrinsik sedangkan pada orang lain bersifat ekstrinsik hal ini karena adanya
1) Faktor Individual
Penelitian Harter (dalam Hawadi, 2003:45) pada siswa berdasarkan
dimensi instrinsik dan ekstrinsik menunjukkan bahwa hanya siswa yang
mempersepsikan dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademis yang mampu mengembangkan
motivasi intrinsik. Siswa-siswa ini lebih menyukai tugas-tugas yang menantang
dan selalu berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya.
Sebaliknya, pada siswa dengan persepsi diri yang rendah, lebih menykai
tugas-tugas yang mudah dan sangat tergantung pada pengarahan guru. Yang
termasuk faktor individual antara lain pengarahan orang tua.
2) Faktor Situasional
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami
oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada
siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam
maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan
suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan
dengan kebutuhan untuk belajar (Pakdesota, 2008. Jurnal “Motivasi dalam
Pembelajaran”. (www.wordpress.com. )
Motivasi berprestasi seseorang akan tercermin pada perilaku. Ada
beberapa ciri yang menjadi indikator orang yang memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi. Individu yang motif berprestasi tinggi akan menampakkan tingkah
laku dengan ciri-ciri menyenangkan pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tangung
jawab pribadi, memilih pekerjaan yang resikonya sedang (moderat ), mempunyai
dorongan sebagai umpan balik (feed back) tentang perebutannya dan berusaha
melakukan sesuatu dengan cara-cara kreatif.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat empat buah karakteristik yang
membedakan antara seseorang yang motivasi berprestasinya rendah dengan orang
yang yang motivasi berprestasinya tinggi. Keempat karakteristik itu ialah
a) Kemauan untuk melakukan aktivitas yang menunjukkan suatu prestasi
orang yang motivasi berprestasinya tinggi akan mempunyai anggapan bahwa
keberhasilan disebabkan oleh kemampuan dan usaha yang sungguh-sungguh. Anggapan
seperti ini akan menyebabkan orang tersebut bangga apabila dapat menyelesaikan
suatu pekerjaan. Rasa bangga ini menyebabkan bertambahnya keinginan untuk
melakukan aktifitas yang lain.
b) Kegigihan berusaha. Usaha adalah faktor yang tidak setabil karena
bertangung pada kemampuan seseorang, orang yang motivasi berprestasi tinggi
akan cenderung bekerja keras sesudah mengalami kegagalan untuk mecapai sukses
pada waktu-waktu selanjutnya, ia akan terus berusaha untuk mencapai tujuan yang
sebelumnya gagal di capai. Sebaliknya orang yang motivasi berprestasi rendah
menganggap kegagalan disebabkan oleh ketidakmampuan. Kemampuan adalah faktor
yang stabil, tidak dapat di ubah oleh kemampuan semata-semata. Oleh karena itu,
dalam anggapannya kegagalan akan diikuti oleh rentetan kegagalan pula. Pada
individu yang rendah motivasi berprestasinya, usahanya untuk berprestasi juga
lemah dan mudah menyerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar