Perubahan demografi tenaga kerja terhadap peningkatan jumlah wanita
bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja, telah mendorong terjadinya konflik
antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. Greenhaus dan Beutell (1985) dalam
Yang et al (2000) mendefinisikan konflik pekerjaan
keluarga (Work-F amily Conflict )sebagai bentuk konflik peran di mana tuntu
tan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini terjadi ketika seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan individu yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya. Konflik peran ini akan terjadi ketika pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya (Frone & Copper, 1992).
tan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini terjadi ketika seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan individu yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya. Konflik peran ini akan terjadi ketika pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya (Frone & Copper, 1992).
Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban
kerja yang berlebihan dan deadline atau
tengat waktu pekerjaan yang harus diselesaikan. Sedangkan tuntutan keluarga
berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas- tugas rumah
tangga. Tuntutan keluarga ini ditentukan oleh besarnya keluarga, komposisi
keluarga dan jumlah anggota keluarga yang memiliki ketergantungan terhadap
anggota yang lain (Yang, et al ,2000). Frone, et al
(1992) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga sebagai konflik peran
yang terjadi pada karyawan, satu sisi karyawan harus melakukan pekerjaan di
kantor dan di sisi lain harus memperhatikan keluarga secara utuh, sehingga
sulit membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga dan keluarga mengganggu
pekerjaan.
Pekerjaan mengganggu keluarga, artinya sebagian besar waktu dan
perhatian dicurahkan untuk melakukan pekerjaan sehingga waktu untuk keluarga
menjadi berkurang. Sebaliknya keluarga mengganggu pekerjaan berarti sebagian
besar waktu dan perhatiannya digunakan untuk menyelesaikan urusan keluarga
mengganggu pekerjaan. Frone, et al (1992) menjelaskan lebih lanjut bahwa konflik
pekerjaan keluarga terjadi karena karyawan berusaha untuk menyeimbangkan antara
permintaan dan tekanan yang timbul, baik dari keluarga maupun dari pekerjaannya.
Gutek et al , (1991) menyebutkan bahwa
konflik pekerjaan keluarga (Work-Family Conflict )mempunyai dua komponen, yaitu
urusan keluarga mencampuri pekerjaan (family
interference with work) dan urusan pekerjaan mencampuri
keluarga (family interference with
work).
Konflik pekerjaan keluarga dapat timbul dikarenakan urusan pekerjaan
mencampuri urusan keluarga seperti banyaknya waktu yang dicurahkan untuk
menjalankan pekerjaan menghalangi seseorang untuk menjalankan kewajibannya di rumah,
atau urusan keluarga mencampuri urusan pekerjaan, seperti merawat anak yang
sakit akan menghalangi seseorang untuk datang ke kantor. Penelitian dari Berk
et al, dalam Gutek (1991) menemukan bahwa wanita cenderung menghabiskan lebih
banyak waktu dalam hal urusan keluarga sehingga wanita dilaporkan lebih banyak
mengalami konflik pekerjaan keluarga khususnya (family interference
with work).
Sebaliknya pria cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk
menangani urasan pekerjaan daripada wanita sehingga pria dilaporkan lebih
banyak mengalami konflik pekerjaan keluarga khususnya (family interference
with work) daripada wanita. Greenhaus dan Beutell (1985)
dalam Yang et al (2000) mengidentifikasikan tiga jenis
konflik pekerjaan keluarga, yaitu:
1 ) Time-based conflict ,
adalah waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan (keluarga
atau pekerjaan) yang dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang
lainnya (pekerjaan atau keluarga).
2 ) Strain-based conflict ,
terjadi pada saat tekanan salah satu peran mempengaruhi kinerja peran yang
lainnya.
3 ) Behavior - based conflict ,
berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan
oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga).
Greenhaus, et al (1987) dalam Gutek et al (1991) menemukan bahwa banyaknya waktu
yang dicurahkan dalam pekerjaan secara positif berhubungan dengan konflik
pekerjaan keluarga. Cinamon, et al
(2002) dalam penelitiannya pada profesi guru menjelaskan bahwa jumlah anak,
jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengurus rumah tangga dan pekerjaan serta
tidak adanya dukungan dari pasangan dan keluarga merupakan pemicu terjadinya
konflik pekerjaan keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar