Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

Jumat, 20 April 2012

Majas penegasan

Majas penegasan ialah majas yang berusaha menekankan pengertian suatu kata atau ungkapan.

a. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
b. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
· Pasukan itu maju ke depan.
c. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh:
· Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku.
d. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
e. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
f. Paralelisme anafora: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
Contoh:
sunyi itu duka
sunyi itu kudus
sunyi itu lupa
sunyi itu lampus
g. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
Contoh:
· Kita harus merapikan dan membereskan lemari kita.
h. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
i. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Contoh:
· Karena buah penanya yang kontroversial, dia menjadi buah bibir masyarakat.
· Kita harus saling menggantungkan diri satu sama lain, kalau tidak kita telah menggantung diri.
j. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh:
· Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil berjejer memenuhi halaman parkir gedung serba guna.
· Baik itu RT, kepala desa, camat, bupati, gubernur bahkan presiden memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.
k. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh:
· Bapak kepala sekolah, para guru, dan murid-murid sudah berada di lapangan upacara.
· Gedung-gedung, rumah-rumah, dan gubuk-gubuk, semuanya mengibarkan bendara Merah Putih pada tanggal 17 Agustus.
l. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh:
· Paman saya wartawan → Wartawan, paman saya.
· Dia datang → Datang dia.
m. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Contoh:
· Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?
· Apa ini hasil pekerjaanmu selama bertahun-tahun?
n. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
Contoh:
· Dia dan ibunya ke Tasikmalaya (penghilangan predikat pergi)
· Lari ! (penghilangan subjek kamu)
o. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
p. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
q. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
r. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
s. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
t. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
u. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
v. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
w. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
x. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
y. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
z. Pararelisme epifora: gaya bahasa yang menempatkan kata yang sama secara berulang-ulang diakhir baris puisi.
Contoh:
Bumi kelabu
Luat kelabu
Langit kelabu
Alam semesta inipun kelabu
Dan hatiku kini jadi kelabu.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar