Sebelum menguraikan tentang pelaksanaan metode diskusi dalam proses
belajar mengajar, lebih dahulu dikemukakan macam-macam atau jenis-jenis
diskusi. Abu Ahmadi membagi diskusi dalam lima macam yaitu:
a. Diskusi formal Diskusi ini terdapat seperti pada lembaga-lembaga
pemerintahan atau semi pemerintah, di mana dalam diskusi ini perlu adanya ketua
dan penulis serta pembicara yang diatur secara formal. Misalnya diskusi-
diskusi pada Sidang DPR.
b. Diskusi tidak formal (informal) Diskusi ini seperti dilaksanakan dalam
kelompok-kelompok belajar di mana satu sama lain bersifat “face to face
relationship”.
c. Diskusi panel Diskusi ini menghadapi masalah yang ditinjau dari
beberapa orang saja, yang dapat juga diikuti oleh banyak pendengar.
d. Diskusi dalam bentuk symposium Diskusi ini hampir sama dengan diskusi
dalam bentuk panel, di sini symposium lebih formal. Symposium itu
diselenggarakan apabila ada pertentangan pendapat. Ahli-ahli yang berbeda
pendapat memberikan informasinya, selanjutnya diadakan diskusi antara pembicara
dengan pendengar. Diskusi dalam bentuk symposium ini biasanya tidak mencari
kebenaran tertentu.
e. Lecture discussion Diskusi ini dilaksanakan dengan memberikan suatu
persoalan, kemudian didiskusikan. Di sini biasanya hanya satu pandangan atau
persoalan saja.
Roestiyah NK membagi jenis diskusi dalam tujuh macam yaitu:
a. Whole-group. Suatu diskusi di mana anggota kelompok melaksanakan tidak
lebih dari 15 (lima belas) orang.
b. Buze-group. Satu kelompok dibagi menjadi 2 (dua) sampai 8 (delapan)
kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan
apa hasil diskusi itu pada kelompok besar.
c. Panel. Pada panel ini di mana satu kelompok kecil (antara 3 – 6 orang)
mendiskusikan suatu objek tertentu, mereka duduk dalam susunan semi melingkar
di hadapan pada satu kelompok besar peserta lainnya. Anggota kelompok besar ini
dapat diundang untuk turut berpartisipasi. Yang duduk sebagai panelis adalah
orang yang ahli dalam bidangnya.
d. Symposium. Teknik ini menyerupai panel, hanya sifatnya lebih formal.
Seorang anggota symposium harus menyiapkan prasarana menurut pandangannya
sendiri terlebih dahulu, kemudian dengan perbaikan aspek, dan sebuah aspek ini
disoroti tersendiri. Tidak perlu disoroti dari berbagai pandangan. Pendengar
biasanya diberikan kesempatan memajukan pandangan umum dan pertanyaan-pertanyaan,
sesudah pembicaraan penyanggahan selesai. Orang yang diberi kesempatan ialah
pembicara untuk mengadakan sambutan-sambutan balasan (replek).
Dalam teknik peranan moderator tidaklah seaktif seperti pada panel. Ia lebih
banyak mengkoordinir pembicaraan saja.
e. Caulogium. Teknik ini adalah cara berdiskusi yang dijalankan oleh satu
atau beberapa orang manusia sumber yang berpendapat, menjawab,
pertanyaan-pertanyaan tetapi tidak dalam bentuk pidato. Dapat juga bervariasi
lain ialah seorang guru atau siswa atau mahasiswa menginterview seseorang
manusia sumber, tentang pendapatnya mengenai suatu masalah, kemudian mengundang
pertanyaan-pertanyaan tambahan dari para pendengar.
f. Informal-debate. Dalam diskusi ini dilaksanakan dengan membagi
kelompok menjadi dua tim yang sama kuat dan jumlahnya agar seimbang. Kedua tim
ini mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan dengan tidak
menggunakan banyak peraturan, sehingga jalannya perdebatan lebih bebas. Isu
yang diperdebatkan biasanya adalah masalah nilai, apakah itu nilai dalam
masyarakat atau norma, nilai pergaulan, atau nilai yang berlaku di sekolah dan
lain sebagainya.
g. Fish bowl. Dalam diskusi ini terdiri dari seorang moderator dan satu
atau tiga orang sumber pendapat, mereka duduk dalam susunan semi lingkaran
berderet dengan tiga kursi kosong menghadap kelompok. Kemudian moderator memberikan
pengantar singkat dan diiukti dengan meminta kepada peserta dengan suka rela
dari kelompok besar untuk menduduki kursi yang kosong ada di muka mereka.
Peserta ini mengajukan pertanyaan atau mengadakan pembicaraan dengan manusia
sumber pendapat. Selanjutnya moderator mengandung peserta yang lainnya dari
anggota sidang untuk berpartisipasi.
Dengan melihat uraian di atas, tampak bahwa ada banyak macam atau jenis
diskusi. Masing-masing jenis diskusi tersebut tentunya diterapkan sesuai dengan
kondisi peserta diskusi serta sarana dan prasarana (fasilitas) yang dimiliki.
Untuk kalangan pemuda, mahasiswa dan cendikiawan, biasanya diterapkan diskusi
dalam bentuk panel, seminar dan symposium. Tetapi untuk para remaja atau siswa
di sekolah di mana diskusi lebih banyak sebagai latihan bertukar pendapat, maka
jenis diskusi yang diterapkan adalah sederhana saja, seperti diskusi informal
atau diskusi dalam kelompok kecil, sehingga semua peserta dapat berperan aktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar