Masa
remaja dikenal sebagai masa mencari hakekat perkembangan identitas pribadi. Adapun aspek-aspek yang
mempengaruhinya adalah sebagai berikut:
1.
Keluarga
Ada keterkaitan yang
terus-menerus dengan orang tua ketika remaja bergerak menuju dan memperoleh
otonomi. Pada dasawarsa terakhir, para ahli perkembangan mulai menjelajahi
peran attachment yang kokoh (secure attachment), dan
konsep-konsep terkait seperti attachment dengan orang tua dalam
perkembangan remaja. Mereka yakin bahwa attachment dengan orang tua pada
masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja,
sebagaimana tercermin dalam ciri-ciri seperti harga diri, penyesuaian
emosional, dan kesehatan fisik (Allen, dkk, 1994; Kobak & Cole, dalam
siaran pers; Kobak, dkk, 1993; Onishi & Gjerde, 1994).
2.
Teman sebaya (peer group)
Menurut Santrock, et.al (1995:44) peer group adalah sekumpulan remaja sebaya
yang punya hubungan erat dan saling tergantung.
Minat untuk berkelompok
menjadi bagian dari proses tumbuh dan berkembang yang di alami pada masa
remaja. Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah
kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan
yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa
disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga
disebut peer group.
Popularitas di antara
teman-teman sebaya merupakan suatu motivasi yang kuat bagi kebanyakan anak-anak
maupun para remaja. Kemajuan-kemajuan dalam perkembangan kognitif selama
pertengahan dan akhir masa anak-anak dan remaja awal juga memungkinkan mereka mengambil perspektif
teman-teman sebaya dan kawan-kawan mereka secara lebih cepat, dan pengetahuan
sosial mereka tentang bagaimana menciptakan dan mempertahankan kawan meningkat.
Menurut Camarena, et.al.
1991 (Santrock, 1995:44) mengatakan bahwa konformitas dengan tekanan
teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif maupun negatif. Umumnya
remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif. Akan
tetapi banyak sekali konformitas teman sebaya yang tidak negatif dan terdiri
atas keinginan untuk dilibatkan di dalam dunia teman sebaya, seperti
berpakaian seperti teman-ternan dan keinginan untuk meluangkan waktu dengan
anggota-anggota suatu klik.
Selama masa remaja,
khususnya awal masa remaja, kita lebih mengikuti standar-standar teman sebaya
daripada yang kita lakukan pada masa anak-anak: Para peneliti (Berndt, et.al.
1979) telah menemukan bahwa pada kelas delapan dan sembilan, konformitas
dengan teman-ternan sebaya khususnya dengan standar-standar antisosial mereka memuncak
dan pada kelas 11 dan 12 remaja menunjukkan tanda-tanda berkembangnya gaya
pengambilan keputusan yang lebih bebas dari pengaruh orang tua dan teman
sebaya. (Santrock,2003:222)
Pada masa remaja,
kemampuan berpikir kita mulai berkembang. Kita tidak lagi menelan mentah-mentah
omongan orang tua. Kita mulai berpikir kritis, memperluas pergaulan, dan
berpaling pada teman-teman sebaya yang mengerti gejolak emosi kita. Ketika
teman-teman bisa menghargai dan menerima kita apa adanya, timbul rasa senang
jika berada di antara mereka. Tidak
heran apabila kita lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman
daripada keluarga. Seperti yang dijelaskan oleh Hurlock (1980:213) karena
remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya
sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya terhadap
sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar pengaruhnya
daripada pengaruh keluarga.
Pengertian peer pressure
“Peer Pressure” adalah
tekanan sosial dari sebuah kelompok masyarakat, yang mengharuskan seseorang
untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dia dapat diterima
oleh kelompok masyarakat tersebut. Tekanan
untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja (Santrock,
2003:221)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar