Marah adalah emosi dasar yang dialami oleh semua manusia. Biasanya
disebabkan oleh perasaan tidak senang yang terjadi karena merasa tersakiti,
tidak dihargai, berbeda pandangan, atau ketika menghadapi halangan untuk
mencapai tujuan.
Begitu banyaknya definisi tentang marah, berikut ini para ahli
memaparkan definisi tentang marah :
Emosi marah menurut Kuipers, dkk : 1989 (Ramadhani : 2008) merupakan
suatu emosi yang didominasi kesiapan untuk beraksi. Dari penelitian yang mereka
lakukan, disimpulkan bahwa ada dua unsur dalam emosi marah, yaitu unsur
bergerak melawan atau moving against (kecenderungan untuk antagonis seperti
menyerang atau beroposisi) dan boiling inwardly (mendidih di dalam). Spielberger (Yulianti, 2007 : 28) menyatakan
bahwa marah adalah “ An emotional state that varies in intensity from mild
irritation to intense fury and rage”. Kalimat tersebut diartikan sebagai
pernyataan em osional yang intensitasnya beragam mulai dari kejengkelan ringan,
kegeraman hingga mengamuk. Kartono (2000:21) mengartikan marah sebagai “reak si
emosional terhadap kekecewaan, terluka, perlakuan campurtangan dan sebagainya
yang dicirikan dengan ketidaksenangan
dan permusuhan. Kemarahan dapat membangkitkan agresi dan disertai dengan
berfungsinya sistem syaraf otomatis.”
Webster (en.wikipedia.org/wiki/Anger ) mendefinisikan marah sebagai ‘A
strong passion or emotion of displeasure
or antagonism, excited by a real or supposed injury or insult to one’s
self or others, or by the intent to do such injury’. Kalimat tersebut dia
rtikan sebagai suatu emosi atau nafsu pertentangan atau kejengkelan yang kuat,
yang digairahkan oleh luka atau kerugian yang nyata maupun yang diharapkan atau
menghina pada diri atau orang lain, atau bertujuan secara sengaja untuk membuat
luka atau kerugian. Davidoff (Purwanto dan Mulyono, 2006:8) menyatakan bahwa
‘marah adalah suatu emosi yang mempunyai ciri-ciri aktivitas sistem syaraf
simpatetik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang
disebabkan adanya kesalahan yang mungkin nyata salah atau mungkin pula
tidak’ Marah yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perilaku yang tidak diterima secara emosional dimana
biasanya meledak-ledak, tidak terkendali atau bahkan sampai melakukan tindak
kekerasan sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan sosial dari lingkungan
disekitarnya.
Beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang respon marah.
Spielberger (Yulianti, 2007 : 29)
menyatakan bahwa secara instinktif, cara alami untuk mengekspresikan kemarahan
adalah merespon secara agresif. Spielberger mengemukakan tiga pendekatan utama
yang dilakukan orang untuk menangani perasaan marahnya baik secara sadar
ataupun tidak sadar yaitu :
a. Kemarahan diekspresikan, secara asertif bukan agresif, cara yang
paling sehat dalam mengekspresikan kemarahan.
b. Kemarahan dapat ditekan, kemudian diganti atau dialihkan. Hal ini
terjadi ketika kemarahan ditahan, berhenti memikirkannya, dan fokus pada
sesuatu yang positif. Tujuannya adalah untuk menghalangi atau menekan kemarahan
dan diganti dengan perilaku yang lebih konstruktif. Bahaya dari jenis ekspresi
kemarahan ini adalah jika kemarahan tidak diekspresikan keluar, maka kemarahan
akan berbalik ke dalam diri sendiri. Kemarahan yang berbalik pada diri sendiri
akan mengakibatkan hipertensi, tekanan darah tinggi atau depresi. Kemarahan
yang tidak dikeluarkan dapat menciptakan masalah lain yaitu mengarah pada
ekspresi marah yang patologi, seperti perilaku pasif-agresif (melawan orang
secara tidak langsung dibandingkan secara langsung, tanpa memberitahu
alasannya) atau suatu kepribadian yang nampak terus menerus bermusuhan atau
sinis.
c. Kemarahan dapat diredakan di dalam, artinya tidak hanya mengontrol
perilaku luar tetapi juga mengontrol respon internal, mengambil langkah untuk
memperlambat detak jantung, menenangkan diri, dan membiarkan perasaan itu
surut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar