a. Bangga pada pekerjaan mereka, dan
menunjukkan komitmen pribadi pada kualitas.
b. Berusaha meraih tanggung jawab.
c. Mengantisipasi, dan tidak menunggu
perintah, mereka menunjukkan inisiatif.
d. Mengerjakan apa yang perlu dikerjakan
untuk merampungkan tugas.
e. Melibatkan diri secara aktif dan tidak
sekedar bertahan pada peran yang telah ditetapkan untuk mereka.
f. Selalu mencari cara untuk membuat
berbagai hal menjadi lebih mudah bagi orang yang mereka layani.
g. Ingin belajar sebanyak mungkin mengenai
bisnis orang-orang yang mereka layani.
h. Benar-benar mendengarkan kebutuhan
orang-orang yang layani.
i. Belajar memahami dan berfikir seperti
orang-orang yang mereka layani sehingga bisa mewakili mereka ketika orang-orang
itu tidak ada ditempat.
j. Adalah pemain tim.
k. Bisa dipercaya memegang rahasia.
l. Jujur, bisa dipercaya dan setia. m.
Terbuka pada kritik-kritik yang membangun
mengenai cara meningkatkan diri.
Sedangkan Mahfud MD (Wangmuba, 2009) antara lain menunjukan beberapa
karakteristik budaya akademis yang berpengaruh terhadap profesionalisme sebagai
berikut :
a. Bangga atas pekerjaannya dengan komitmen
pribadi yang kuat dan berkualitas.
b. Memiliki tanggungjawab yang besar,
antisipatif dan penuh inisiatif.
c. Ingin selalu menegrjakan pekerjaan
dengan tuntas dan ikut terlibat dalam berbagai peran diluar pekerjaannya.
d. Ingin terus belajar untuk meningkatkan
kemampuan kerja dan kemampuan melayani.
e. Mendengar kebutuhan pelanggan dan dapat
bekerja dengan baik dalam suatu tim.
f. Dapat dipercaya, jujur, terus terang dan
loyal.
g. Terbuka terhadap kritik yang bersifat
konstruktif serta selalu siap untuk meningkatkan dan menyempurnakan dirinya.
Selain itu kita lihat ada lima diskursus
profesional yang berbeda diseputar profesionalisme keguruan yaitu antara
lain:
a. Profesionalisme material (Material
professionalism) merujuk pada kemampuan professional guru atau tenaga
pengembang lain dilihat dari prespektif penguasaan material bahan ajar yang
harus ditransformasikan dikelas ataupun diluar kelas.
b. Profesionalime metodologikal
(Methodological professionalism) merujuk pada penguasaan metode dan strategi
serta seni mendidik dan mengajar sehingga memudahkan proses belajar mengajar.
c. Profesionalisme sosial (Social
professionalism) merujuk pada kedudukan guru dan tenaga pengembang lain sebagai
manusia biasa dan sebagai anggota masyarakat dengan tidak kehilangan identitas
budaya sebagai pendidik oleh karena bisa dijadikan contoh dan referensi
perilaku dalam kehidupan masyarakat.
d. Profesionalisme demokratis (democratic
professionalism) merujuk pada tugas pokok dan fungsi yang ditampilkan oleh guru
dan tenaga pengembang lainnya harus beranjak dari, oleh dan untuk peserta
didiknya sehingga mencerminkan miniature demokrasi masyarakat.
e. Profesionalisme manajerial (managerial
professionalism) merujuk pada kedudukan guru bukanlah orang yang secara serta
merta mentransmisikan bahan ajar saja tapi juga bertindak sebagai direktur,
manajer atau fasilitator belajar. Sudarwan Danim (Wangmuba, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar