Antroposentrisme (antropos = manusia) adalah suatu pandangan yang
menempatkan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Pandangan ini
berisi pemikiran bahwa segala kebijakan yang diambil mengenai lingkungan hidup
harus dinilai berdasarkan manusia dan kepentingannya. Jadi, pusat pemikirannya
adalah manusia. Kebijakan terhadap alam harus diarahkan untuk mengabdi kepada
kepentingan manusia. Pandangan moral lingkungan yang antroposentrisme disebut
juga sebagai human centered ethic, karena mengandaikan kedudukan dan peran morl
lingkungan hidup yang terpusat pada manusia.
Maka tidak heran kalau fokus perhatian dalam pandangan ini terletak pada
peningkatan kesejahteraan dan kebahagian manusia di dalam alam semesta. Alam
dilihat hanya sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan kebutuhan
dan kepentingan manusia. Dengan demikian alam dilihat sebagai alat bagi
pencapaian tujuan manusia.
Tinjauan kritis atas teori antroposentrisme Antroposentrisme didasarkan pada pandangan filsafat yang mengklaim bahwa
hal yang bernuansa moral hanya berlaku pada manusia. Manusia di agungkan
sebagai yang mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting dalam kehidupan
ini, jauh melebihi semua mahluk lain.
Ajaran yang telah menempatkan manusia sebagai pusat suatu sistem alam semesta
ini telah membuat arogan terhadap alam, dengan menjadikan sebagai objek untuk
dieksploitasi.
Antroposentrisme sangat bersifat instrumentalis, dimana pola hubungan
manusia dengan alam hanya terbatas pada relasi instrumental semata. Alam
dilihat sebagai alat pemenuhan dan kepentingan manusia. Teori ini dianggap
sebgai sebuah etika lingkungan yang dangkal dan sempit ( shallow environmental ethics ).
Antroposentrisme sangat bersifat teologis[1] karena pertimbangan yang diambil untuk peduli
terhadap alam didasarkan pada akibat dari tindakan itu bagi kepentingan
manusia. Konservasi alam misalnya, hanya dianggap penting sejauh hal itu
mempunyai dampak menguntungkan bagi kepentinmgan manusia.
- Teori antroposentrisme telah dituduh sebagai salah satu penyebab bagi terjadinya krisis lingkungan hidup. Pandangan inilah yang menyebabkan manusia berani melakukan tindakan eksploitatif terhadap alam, dengan menguras kekayaan alam demi kepentingannya. Kepedulian lingkungan hanya muncul sejauh terkait dengan kepentingan manusia, dan itupun lebih banyak berkaitan dengan kepentingan jangka pendek saja.
- Walaupun kritik banyak dilontarkan terhadap teori antroposentrisme, namun sebenarnya argumen yang ada didalamnya cukupm sebagai landasan kuat bagi pengembangan sikap kepedulian terhadap alam. Manusia membutuhkan lingkungan hidupn yang baik, maka demi kepentingan hidupnya, manusia memiliki kewajiban memelihara dan melestarikan alam lingkungannya. Kekurangan pada teori ini terletak pada pendasaran darin tindakan memberi perhatian pada alam, yang tidak didasarkan pada kesadaran dan pengakuan akan adanya nilai ontologis[i] yang dimiliki oleh alam itu sendiri, melainkan hanya kepentingan manusia semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar