Etika
Lingkungan Ekosentrisme adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan
seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam
ekosistem diyakini terkait satu dengan yang lain secara mutual. Planet bumi
menurut pandangan etika ini adalah semacam pabrik integral, suatu keseluruhan
organisme yang saling membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan.
Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan menjadi bagian dalam tata
kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang.
Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini
menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun
tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John B. Cobb, etika ini mengusahakan
keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan dalam
ekosistem.
Ekosentrisme dapat dikatakan sebagai
lanjutan dari teori etika lingkungann biosentrisme. Kalau biosentrisme hanya
memusatkan perhatian pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan
perhatian pada seluruh komunitas biologis, baik yang hidup maupun tidak.
Pandangan ini didasarkan pada pemahaman bahwa secara ekologis, baik mahluk hidup
maupun benda-benda antibiotik lainnya saling terkait satu sama lainnya. Jadi
ekosentrisme, selain sejalan dengan biosentrisme-di mana keduanya sama-sama
menentang pandangan antroposentrisme- juga mencakup komunitas ekologis
seluruhnya. Jadi ekosentrisme, menuntut tanggungjawab moral yang sama untuk
semua realitas biologis.
Tinjauan kritis atas
teori ekosentrisme:
·
Ekosentrisme, yang
disebut juga deep environmental ethics, semakin dipulerkan denganversi lain
setelah diperkenalkan oleh Arne Naes, seorang filsuf Norwegia dengan
menyebutnya sebagai Deep Ecology[i] ini adalah suatu paradigma baru tentang alam
dan seluruh isinya. Perhatian bukan hanya berpusat pada manusia melainkan pada
mahluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan
hidup. Manusia bukan lagi pusat dari dunia moral. Deep
Ecology memusatkan perhatian kepada semua kehidupan di bumi ini, bukan hanya
kepentingan seluruh komunitas ekologi.
·
Arne Naes bahkan juga
menggunakan istilah ecosophy untuk memberikan pendasaran filosofi atas deep
ecology. “Eco” berarti rumah tangga dan “sophy” berarti kearifan atau
kebijaksanaan. Maka ecosophy berarti kearifan dalam mengatur hidup selaras
dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dalam arti luas. Dalam pandangan
ecosophy terlihat adanya suatu pergeseran dari sekedar sebuah ilmu (science)
menjadi sebuah kearifan (wisdom). Dalam arti ini, lingkungan hidup tidak hanya
sekedar sebuah ilmu melainkan sebuah kearifan, sebuah cara hidup, sebuah pola
hidup selaras dengan alam. Ini adalah cara untuk menjaga dan memelihara
lingjkungannya secara arid, layaknya sebuah rumah tangga.
·
Deep ecology menganut
prisip biospheric egalitarianism, yaitu pengakuan bahwa semua organisme dan
mahluk hidup adalah anggota yang sama statusnya dari suatu keseluruhan yang
terkait sehingga mempunyai martabat yang sama. Ini menyangkut suatu pengakuan
bahwa hak untuk hidup dan berkembang untuk semua mahluk (baik hayati maupun
nonhayati) adalah sebuah hak univerval yang tidak bisa diabaikan.
·
Sikap deep ecology
terhadap lingkungan sangat jelas, tidak hanya memusatkan perhatian pada dampak
pencemaran bagi kesehatan manusia, teapi juga pada kehidupan secara
keseluruhan. Pendekatan yang dilakukan dalam menghadapi berbagai issue
lingkungan hidup bukan bersifat antroposentris, melainkan biosentris dan bahkan
ekosentris. Isi alam semesta tidak dilihat hanya sebagai sumberdaya dan
menilainya dari fungsi ekonomis semata. Alam harus
dipandang juga darisegi nilai dan fungsi budaya, sosial, spiritual, medis dan
biologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar