Mengenai beragamnya definisi postmodernisme,
Kvale berpendapat bahwa istilah postmodernisme, yang berasal dari istilah
posmodern, merupakan pengertian yang
sangat luas, kontroversial, dan ambigu. Hal ini terlihat dari pembagian
pengertian yang Kvale (2006) lakukan untuk membedakan istilah postmodern, yaitu
:
1. Postmodernitas yang
berkaitan dengan era posmodern,
2. Posmodernism yang berkaitan
dengan ekspresi kultural era posmodern, dan
3. Pemikiran posmodern, atau
wacana, yang berkaitan dengan refleksi filosofis dari era dan budaya posmodern.
Postmodernisme sebagai wacana
pemikiran harus dibedakan dengan postmodernitas sebagai sebuah kenyataan
sosial. Postmodernitas adalah kondisi dimana masyarakat tidak lagi diatur oleh
prinsip produksi barang, melainkan produksi dan reproduksi informasi dimana
sektor jasa menjadi faktor yang paling menentukan. Masyarakat adalah masyarakat
konsumen yang tidak lagi bekerja demi memenuhi kebutuhan, melainkan demi
memenuhi gaya hidup. Sedangkan postmodernisme adalah wacana
pemikiran baru sebagai alternatif terhadap modernisme.
Modernisme sendiri digambarkan
sebagai wacana pemikiran yang meyakini adanya kebenaran mutlak sebagai objek
representasi bagi subjek yang sadar, rasional, dan otonom. Sebagai realitas
pemikiran baru, postmodernisme meluluhlantakkan konsep-konsep modernisme,
seperti adanya subjek yang sadar-diri dan otonom, adanya representasi istimewa
tentang dunia, dan sejarah linier. Istilah “pos”, menurut kubu pos tmodernisme,
adalah kematian modernisme yang mengusung klaim kesatuan representasi,
humanisme-antroposentrisme, dan linieritas sejarah guna memberi jalan bagi
pluralisme representasi, antihumanisme, dan diskontuinitas.
Menurut Jean Francois Lyotard,
bahwa awalan post pada Postmodern, merupakan elaborasi keyakinan modern,
sebagai upaya untuk memutuskan hubungan dengan tradisi modern dengan cara
memunculkan cara-cara kehidupan dan pemikiran yang baru sama sekali. Pemutusan
dengan masa lalu (jaman modern) menurutnya merupakan jalan untuk melupakan dan
merepresi masa lalu. Jadi semacam prosedur psikoanalitik dari anamnesis atau
analisis yang memungkinkan para pasien untuk mengelaborasi persoalan-persoalan
sekarang dengan secara bebas mengasosiasikan detil-detil melalui berbagai
situasi masa lalu yang memungkinkan mereka untuk mengungkapkan makna-makna
tersembunyi dalam kehidupan dan prilaku mereka (Lubis, 2003).
Kalau ilmu pengetahuan modern
berkembang sebagai pemenuhan keinginan untuk keluar dari mitos-mitos yang
digunakan masyarakat primitif menjelaskan fenomena alam, dan modernitas adalah
proyek intelektual yang mencari kesatuan berdasarkan fondasi sebagai jalan
menuju kemajuan (progress). Mitos politik ini menganggap sain modern sebagai
alat untuk kebebasan dan humanisasi. Sementara dalam pandangan Postmodernism
bahwa sain tidak mampu menghilangkan mitos-mitos dari wilayah ilmu pengetahuan.
Sementara metanarasi itu berfungsi sebagai mitos baru bagi masyarakat modern.
Bagi Postmodernis ide
rasionalitas dan humanisme merupakan konstruksi historis, konstruksi sosial
budaya dan bukan sesuatu yang sifatnya alami (kodrat) dan universal. Karena itu
mereka tidak dapat diseragamkan tanpa mempertimbangkan kondisi sosial- historis
serta budaya lokal. Keaneka ragaman pemikiran menurut Lyotard hanya dapat
dicapai dengan melakukan penolakan terhadap kesatuan (unity), dengan mencari
disensus (ketidaksepakatan) secara radikal.
Habermas menyebut kondisi
kebudayaan baru itu sebagai situasi ketidakteraturan baru (die neue
Unubersichtlichkeit) sambil mengajukan rasio komunikatif sebagai
alternatif. Jean Francois Lyotard
merupakan pemikir postmodern yang penting karena ia memberikan pendasaran
filosofis pada gerakan postmodern. Penolakannnya terhadap konsep Narasi Besar
serta pemikirannya yang mengemukakan konsep perbedaan dan language game sebagai alternatif terhadap
kesatuan (unity).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar