1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat yang
pertama dan utama bagi anak dalam
mendapatkan pendidikan. Jika seorang anak memperoleh kepuasan psikis dalam
keluarga, maka akan sangat menentukan bagaimana dia akan bereaksi terhadap
lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau
broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak
tersebut sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat
dari :
• kurang adanya saling pengertian
(low mutual understanding)
• kurang mampu menyesuaikan diri
dengan tuntutan orangtua dan saudara
• kurang mampu berkomunikasi
secara sehat
• kurang mampu mandiri
• kurang mampu memberi dan
menerima sesama saudara
• kurang mampu bekerjasama
• kurang mampu mengadakan
hubungan yang baik
Dengan memperhatikan hal-hal
tersebut diatas maka amatlah penting bagi orangtua untuk menjaga agar keluarga
tetap harmonis. Keharmonisan dalam hal ini tidaklah selalu identik dengan
adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak kasus orangtua sendiri
(single parent) terbukti dapat bersifat efektif dalam membantu perkembangan
psikososial anak. Hal yang paling penting di- perhatikan oleh orangtua adalah
menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga. Suasana yang mendukung
tercapainya prestasi diri.
diatas maka amatlah penting bagi
orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Keharmonisan dalam hal ini
tidaklah selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam
banyak kasus orangtua sendiri fat efektif dalam membantu perkembangan
psikososial anak. Hal yang paling penting di- perhatikan oleh orangtua adalah
menciptakan
2. Lingkungan
Anak-anak harus sudah diperkenalkan
dengan lingkungan sejak dini, meliputi
lingkungan fi sik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga). Selain itu
lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga (batih/inti dan keluarga besar),
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan
maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang
luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara (keluarga inti), atau kakek
dan nenek saja (keluarga besar). Dengan melaksanakan kegiatan sejenis anak akan
semakin bertambah wawasannya.
3. Kepribadian
Secara umum penampilan sering
diindentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak selalu demikian. Yang tampil
tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya. Untuk itulah amat penting bagi remaja untuk tidak menilai
seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan
tidak menarik cenderung diremehkan. Untuk itu, orangtua perlu memberikan penanaman
nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan
pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan. Akan tetapi dalam hal tertentu
memang tetap harus memperhatikan
penampilan, karena sedikit banyak kepribadian seseorang memang kadang dapat
dilihat dari penampilan seseorang. Oleh karena orang yang berkepribadian baik
biasanya selalu menghargai penampilannya.
4. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan
sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi.
Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapat
kesegaran baik fi sik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capai,
bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru. Akhirnya akan muncul ide dan kreativitas
baru.
5. Pergaulan dengan Lawan Jenis
Untuk dapat menjalankan peran
menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya tidak dibatasi
pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama.
Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex
role behavior (peran perilaku jender) yang
menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun ketika sudah
berkeluarga. Tentu saja tetap harus memperhatikan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
6. Pendidikan
Pada dasarnya sekolah mengajarkan
berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu keterampilan tersebut adalah
keterampilan-keterampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang
efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal
ini peran orangtua adalah menjaga agar keterampilan-keterampilan tersebut tetap
dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap
perkembangannya.
7. Persahabatan dan Solidaritas Kelompok
Pada masa remaja peran kelompok
dan teman-teman amatlah besar. Tidak jarang mereka lebih mementingkan urusan
kelompok dibandingkan urusan
keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan
yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang
lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan
agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan
psikososialnya.
8. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri
Untuk membantu tumbuhnya
kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami
dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) yaitu potensi dirinya, agar mampu
mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikan diri
dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak
dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau
mengakui kesalahannya. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima
kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok
dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang
lain/kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar