Keluarga merupakan tempat awal
seseorang menyerap nilai- nilai dan norma-norma sosial. Melalui keluargalah
kepribadian seseorang terbentuk. Segala bentuk perilaku yang dilakukan
seseorang erat kaitannya dengan sikap mental kepribadiannya. Keluarga sebagai
peletak dasar terbentuknya kepribadian seseorang sangat berperan besar dalam
menciptakan suasana yang kondusif bagi usaha pencegahan terhadap segala bentuk
perilaku menyim- pang. Adapun bentuk-bentuk upaya pencegahan penyimpangan
sosial dalam keluarga antara lain:
a. Melalui penanaman nilai-nilai
dan norma agama
Setiap orang tua memiliki
tanggung jawab moral untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan agama dan keyakinan
yang ia anut. Oleh karena itu, orang tua memiliki kewajiban mengarahkan anak-anaknya
untuk berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya.
Apabila proses penanaman
nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung dalam ajaran agama dapat ditanamkan
sejak dini kepada diri anak-anak, maka ia akan memiliki sikap mental yang
kokoh, sehingga tidak tergiur untuk melakukan perilaku menyimpang meskipun
dalam situasi yang sangat sulit. Sebab salah satu ciri khas orang yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah kuat dan tabah menghadapi
berbagai cobaan dan tetap bersandarkan kepada kekuasaan Tuhan dalam bentuk
tetap taat menjalankan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya.
b. Menciptakan hubungan yang
harmonis dalam keluarga
Bagi seorang anak, orang tua
adalah sandaran hidupnya. Sebelum mengenal orang lain, seorang anak memperoleh
perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Kebutuhan akan perhatian dan kasih
sayang yang terpenuhi dari keluarga menjadikan anak merasa betah di rumah dan
tidak mencari perhatian dan kesenangan di luar rumah. Kenakalan remaja tumbuh
karena anak merasa tidak memperoleh perhatian yang cukup dari orang tua,
sehingga ia melakukan apa yang dianggapnya menyenangkan di luar rumah.
c. Keteladanan orang tua
Meskipun belum ada penelitian
yang menyatakan bahwa orang tua yang berperilaku menyimpang akan menurunkan
anak- anak yang berperilaku menyimpang pula, namun yang pasti adalah anak-anak
membutuhkan sosok idola bagi pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Jika
dalam keseharian orang tua menunjukkan perilaku yang menyimpang, misalnya
merokok, meminum minuman keras, berjudi, maka secara tidak sadar anak telah
terbiasa mengalami sosialisasi terhadap subkebudayaan menyimpang tersebut.
Karena kebiasaan merokok dilakukan oleh orang tuanya, maka anak menganggap
bahwa merokok merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh orang tua, sehingga
dalam benak anak berkembang paham yang keliru bahwa merokok merupakan salah
satu ciri-ciri kedewasaan. Bahkan tidak mustahil karena banyaknya orang-orang
dewasa di sekitarnya yang merokok membuat anak terpengaruh meskipun orang tua
di rumah tidak merokok. Mengapa demikian?
Meniru hal yang baik bukan
sesuatu yang mudah, tetapi meniru hal-hal yang buruk dan menyimpang bukan hal yang
sulit. Maka orang tua kadangkala terkejut ketika mengetahui bahwa anaknya di
sekolah terlibat tawuran, padahal di ru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar