Untuk memberikan kejelasan tentang proses kegiatan bimbingan dan
konseling kelompok yang akan dilaksanakan bagi orang tua, maka perlu diuraikan
tentang sistematika pembentukan sebuah kelompok bimbingan. Pembentukan sebuah
kelompok bimbingan dan konseling menurut pendapat Trotzer (1977;86), harus
melalui tahapan-tahapan, sebagai berikut :
a. Memberikan informasi bagi kekuatan anggota kelompok
Akan sangat membantu bagi para fasilitator bimbingan dan konseling kelompok untuk menjelaskan secara penuh tujuan kelompok dan pengalaman- pengalaman yang direncanakan guna menghilangkan ketakutan dan menjelaskan kemungkinan kesalahan konsepsi. Dengan memberikan informasi ini kepada anggota kelompok sebelum memulai kegiatan bimbingan dan konseling kelompok, fasilitator bimbingan dan konseling kelompok dapat memberitahu anggota kelompok tentang peranan mereka dan apa yang diharapkan mereka serta menjelaskan peranan dan harapan fasilitator bimbingan dan konseling kelompok.
b. Mengumpulkan data wawancara
Pengumpulan data ata wawancara ini adalah, data yang diambil melalui kegiatan wawancara. Pelaksanaan wawancara pada awal kegiatan bimbingan dan konseling kelompok dimaksudkan untuk mengelompokkan masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok. Dengan demikian fasilitator bimbingan dan konseling kelompok dapat menentukan bagaimana cara yang efektif untuk mengarahkan bimbingan dan konseling kelompok yang akan dilaksanakan.
c. Menentukan keanggotaan
kelompok Beberapa fasilitator bimbingan dan konseling kelompok, seperti mereka yang mengikuti metode Adlerian, memegang prinsip bahwa siapapun dapat bergabung dalam sebuah kelompok untuk mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Fasilitator bimbingan dan konseling kelompok lain berusaha untuk memilih anggota kelompok untuk memberi heterogenitas atau homogenitas. Homogenitas dapat diterapkan untuk bimbingan dan konseling kelompok dengan masalah yang lazim atau yang dialami oleh hampir semua anggota kelompok. Jumlah anggota kelompok yang dipilih untuk berpartisipasi dalam kelompok tergantung pada usia, kedewasaan dan tingkat perhatian. Jumlah maksimal anggota dalam suatu kelompok agar bisa berfungsi dengan efektif adalah delapan orang. Glasser (1969;65) telah membuktikan bahwa anggota bimbingan dan konseling kelompok akan lebih efektif dengan kelas sebanyak 30 orang saja untuk periode waktu pertemuan kegiatan bimbingan dan konseling kelompok antara 20 hingga 30 menit.
d. Melakukan setting kelompok
Sebuah ruangan yang jauh dari kebisingan dan lalu lintas adalah yang terbaik. Dan lagi, anggota kelompok tidak boleh takut untuk mendengarkan jika mereka diharapkan untuk bicara secara terbuka tentang masalah mereka. Setting kelompok ini bisa dibedakan menjadi:
1) seluruh anggota kelompok duduk melingkar saling berhadapan antara satu dengan yang lainnya.
2) beberapa fasilitator bimbingan dan konseling kelompok memilih cara untuk mendudukkan anggota kelompok mengelilingi meja bundar:
3) fasilitator bimbingan dan konseling kelompok lainnya berpikir bahwa meja justru bisa menjadi rintangan interaksi.
4) banyak fasilitator bimbingan dan konseling kelompok memilih untuk melakukan bimbingan dan konseling kelompok dengan cara duduk membentuk lingkaran di atas lantai beralaskan karpet. Lantai berkarpet memberikan akses yang mudah bagi fasilitator bimbingan dan konseling kelompok untuk mengajak kelompok kedalam therapi permainan.
Akan sangat membantu bagi para fasilitator bimbingan dan konseling kelompok untuk menjelaskan secara penuh tujuan kelompok dan pengalaman- pengalaman yang direncanakan guna menghilangkan ketakutan dan menjelaskan kemungkinan kesalahan konsepsi. Dengan memberikan informasi ini kepada anggota kelompok sebelum memulai kegiatan bimbingan dan konseling kelompok, fasilitator bimbingan dan konseling kelompok dapat memberitahu anggota kelompok tentang peranan mereka dan apa yang diharapkan mereka serta menjelaskan peranan dan harapan fasilitator bimbingan dan konseling kelompok.
b. Mengumpulkan data wawancara
Pengumpulan data ata wawancara ini adalah, data yang diambil melalui kegiatan wawancara. Pelaksanaan wawancara pada awal kegiatan bimbingan dan konseling kelompok dimaksudkan untuk mengelompokkan masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok. Dengan demikian fasilitator bimbingan dan konseling kelompok dapat menentukan bagaimana cara yang efektif untuk mengarahkan bimbingan dan konseling kelompok yang akan dilaksanakan.
c. Menentukan keanggotaan
kelompok Beberapa fasilitator bimbingan dan konseling kelompok, seperti mereka yang mengikuti metode Adlerian, memegang prinsip bahwa siapapun dapat bergabung dalam sebuah kelompok untuk mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Fasilitator bimbingan dan konseling kelompok lain berusaha untuk memilih anggota kelompok untuk memberi heterogenitas atau homogenitas. Homogenitas dapat diterapkan untuk bimbingan dan konseling kelompok dengan masalah yang lazim atau yang dialami oleh hampir semua anggota kelompok. Jumlah anggota kelompok yang dipilih untuk berpartisipasi dalam kelompok tergantung pada usia, kedewasaan dan tingkat perhatian. Jumlah maksimal anggota dalam suatu kelompok agar bisa berfungsi dengan efektif adalah delapan orang. Glasser (1969;65) telah membuktikan bahwa anggota bimbingan dan konseling kelompok akan lebih efektif dengan kelas sebanyak 30 orang saja untuk periode waktu pertemuan kegiatan bimbingan dan konseling kelompok antara 20 hingga 30 menit.
d. Melakukan setting kelompok
Sebuah ruangan yang jauh dari kebisingan dan lalu lintas adalah yang terbaik. Dan lagi, anggota kelompok tidak boleh takut untuk mendengarkan jika mereka diharapkan untuk bicara secara terbuka tentang masalah mereka. Setting kelompok ini bisa dibedakan menjadi:
1) seluruh anggota kelompok duduk melingkar saling berhadapan antara satu dengan yang lainnya.
2) beberapa fasilitator bimbingan dan konseling kelompok memilih cara untuk mendudukkan anggota kelompok mengelilingi meja bundar:
3) fasilitator bimbingan dan konseling kelompok lainnya berpikir bahwa meja justru bisa menjadi rintangan interaksi.
4) banyak fasilitator bimbingan dan konseling kelompok memilih untuk melakukan bimbingan dan konseling kelompok dengan cara duduk membentuk lingkaran di atas lantai beralaskan karpet. Lantai berkarpet memberikan akses yang mudah bagi fasilitator bimbingan dan konseling kelompok untuk mengajak kelompok kedalam therapi permainan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar