Steinberg (1999 : 289) mengemukakan tiga aspek kemandirian yaitu
kemandirian emosi (emotional autonomy), kemandirian perilaku (behavioral
autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy).
1. Kemandirian emosional (emotional autonomy)
Kemandirian emosional adalah seberapa besar ketidak bergantungan
individu terhadap dukungan emosional orang lain, terutama orang tua dalam mengelola dirinya. Pemudaran
hubungan emosional anak dengan orang tua pada masa remaja terjadi sangat cepat.
Percepatan pemudaran hubungan itu terjadi seiring dengan semakin mandirinya
remaja dalam mengurus diri sendiri. Proses ini secara tidak langsung memberikan
peluang bagi remaja untuk mengembangkan kemandirian emosional. Proses psikososial lainnya yang menuntut
remaja mengembangkan kemandirian emosional adalah perubahan pengungkapan kasih
sayang, meningkatkan pendistribusian kewenangan dan tanggung jawab, menurunnya
interaksi verbal dan kesempatan bertemu dengan orang tua, serta semakin
larutnya remaja dalam pola-pola hubungan teman sebaya untuk menyelami hubungan
kehidupan yang baru di luar keluarga.
Menjelang akhir masa remaja ketergantungan emosional remaja terhadap
orang tua menjadi semakin jauh berkurang menyusul semakin memuncaknya
kemandirian emosional remaja. Meskipun demikian ikatan emosional remaja
terhadap orang tua sesungguhnya tidak mungkin dapat diputuskan secara sempurna.
Hal tersebut berdasarkan pada pernyataan Steinberg (1993) bahwa adolescent can
become emotionally autonomous from their parents without becoming detached from
them.
Individu yang memiliki kemandirian emosional adalah mereka yang tidak
lagi mengidealkan orang tuanya (de-idealized), mampu memandang orang tua
sebagaimana orang lain pada umumnya (parent as people), memiliki sikap
nondependence (ketidakbergantungan) terhadap orang lain serta mampu menampilkan
perilaku yang lebih bertanggung jawab dalam hubungan dengan orang tua
(individuated).
Individu yang mampu memutuskan ikatan emosionalmya maka ia akan
melakukan pemisahan diri dari keluarga (sparasi). Keberhasilan dalam melakukan
sparasi ini merupakan dasar bagi pencapaian kemandirian terutama kemandirian yang
bersifat independency. Dengan kata lain kemandirian yang pertama kali muncul
pada diri individu adalah kemandirian yang bersifat independency, yaitu
lepasnya ikatan-ikatan emosional sehingga ia dapat menentukan sesuatu tanpa
harus selalu ada dukungan emosional dari orang tua. Oleh karenanya pada masa
remaja terdapat pergerakan kemandirian yang dinamis dari ketidakmandirian pada
masa kanak- kanak menuju pada kemandirian yang lebih bersifat autonomy.
(Steinberg, 1993).
2. Kemandirian perilaku
(behavioral autonomy)
Kemandirian perilaku merupakan kemampuan individu dalam menentukan
pilihan dan mampu mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya. Ada tiga
karakteristik remaja yang memiliki kemandirian perilaku, yaitu mampu mengambil
keputusan, tidak terpengaruh oleh pihak lain dan memiliki rasa percaya diri
(self-reliance). Peningkatan kemandirian
perilaku (behavioral) sangat terlihat pesat pada usia remaja. Peningkatannya
lebih pesat daripada peningkatan emosional. Ini terjadi karena didukung oleh
perkembangan kognitif usia remaja semakin berkualitas. Perkembangan kognitif
pada usia remaja ini, sehingga ia akan semakin berkembang dan mampu memandang
ke masa depan, memperhitungkan resiko-resiko dan kemungkinan hasil-hasil dari
alternatif pilihannya, dan mampu memandang bahwa nasehat seseorang bisa
tercemar oleh kepentingan-kepentingan dirinya sendiri. Budiman, 2006). Ada tiga
domain kemandirian perilaku (Steinberg, 1993) yaitu pertama, memiliki kemampuan
mengambil keputusan yang ditandai oleh
(a) menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya,
(b) memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan
sendiri dan orang lain, dan
(c) bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya.
Kedua, memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai
oleh
(a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas,
(b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam
mengambil keputusan, dan
(c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.
Ketiga, memiliki rasa percaya
diri (self reliance) yang ditandai oleh
(a) merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari,
(b) merasa mampu memenuhi tanggung jawab,
(c) merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya,
(d) berani mengemukakan ide atau gagasan.
3. Kemandirian nilai (values autonomy)
Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan atau
tuntutan orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam bidang nilai. Dengan
demikian individu memiliki seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta
penting dan tidak penting dalam memandang sesuatu dilihat dari sisi nilai.
Terdapat tiga perubahan kemandirian nilai yang terjadi pada masa remaja
(Steinberg, 1993) yaitu (1) keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstrak
belief). Perilaku yang dapat terlihat dari semakin abstraknya keyakinan akan
nilai-nilai adalah mampu menimbang berbagai kemungkinan dalam bidang nilai.
Misalnya individu mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi
ketika mengambil keputusan yang bermuatan moral. (2) keyakinan akan nilai –nilai s emakin
bersifat prinsip (prinsiple belief).
Perilaku yang dapat terlihat pada keseharian individu seperti (a) berpikir sesuai dengan prinsip yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai, (b) bertindak sesuai dengan prinsip
yang dapat dipertanggung jawabkan dalam bidang nilai. (3) keyakinan akan
nilai-nilai yang terbentuk dalam diri remaja bukan hanya dalam sistem nilai
yang diberikan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya tetapi lebih pada
keyakinan yang dimilikinyan sendiri (independent belief).
Contoh perilakunya (a) individu memulai mengevaluasi kembali keyakinan
dan nilai-nilai yang diterimanya dari orang lain, (b) berfikir sesuai dengan
keyakinan dan nilainya sendiri, dan (c) bertingkah laku sesuai dengan keyakinan
dan nilainya sendiri. Sebagian besar
perkembangan kemandirian nilai dapat ditelusuri pada karakteristik perubahan
kognitif (Budiman, 2006). Hal ini seiring dengan meningkatnya daya rasional dan
semakin berkembangnya kemampuan hipotesis individu. Kemandirian nilai membawa perubahan-perubahan
pada konsepsi-konsepsi individu tentang moral, politik, ideologi, dan
persoalan-persoalan agama. (Steinberg, 1993).
tolong dong daftar pstakanya di sertakan juga :)
BalasHapusbukunya apa,,,
BalasHapusDesmita, psikologi perkembangan peserta didik. Eti nurhayati, psikologi pendidikan inovatif
BalasHapus