Berbicara tentang peta konsep maka tidak akan lepas dari pendapat yang dikemukakan oleh Ausubel (Dahar, 1988:17) bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah sesuatu yang telah diketahui siswa dan dalam mengajar guru hendaknya berawal dari hal tersebut. Berbagai penelitian telah mencoba mengaplikasikan penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi, karena dengan membuat sendiri peta konsep, siswa dapat “melihat” bidang studi itu lebih jelas dan me mpelajari bidang studi itu lebih bermakna.
Peta konsep adalah suatu gambar (visual), tersusun atas konsep- konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep. Menurut Novak (dalam Silitonga, 2006:3) pemetaan konsep adalah suatu proses yang melibatkan identifikasi konsep- konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep- konsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari yang paling umum, kurang umum dan konsep – konsep yang lebih spesifik. Novak dan Gowin (1985 : 13) mencentuskan idea tau gagasan menciptakan suatu alat atau cara untuk mengetahui konsep- konsep yang telah dimiliki siswa supaya belajar bermakna tercapai. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep atau pemetaan konsep
Menurut Ratna Willis Dahar ( 1996:125) mengemukakan ciri- ciri peta konsep adalah sebagai berikut :
a. Peta konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan setiap konsep atau proporsisi suatu bidang studi. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa melihat bidang studi itu jelas dan bermakna.
b. Peta konsep merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu bidang studi atau bagian dari bidang studi. Peta konsep juga dapat memperlihatkan hubungan proporsional antara setiap konsep.
c. Tindakan semua peta konsep mempunyai bobot yang sama, berarti ada konsep yang lebih inklusif terdapat pada bagian puncak, menurun ke konsep yang lebih khusus.
d. Bila dua atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif. Terbentuklah hierarki pada peta konsep itu.
Novak (1985:15) mendefinisikan konsep sebagai keteraturan (regularity) dalam kejadian- kejadian atau objek- objek yang ditandai dengan beberapa label, contohnya kursi adalah label yang digunakan untuk menggambarkan suatu onjek dengan kaku, tempat duduk dan tempat untuk bersandar yang keseluruhan dipakai sebagai tempat duduk. Menurut Slameto (1988) yang dimaksud dengan konsep adalah buah pikir seseoramg atau sekumpulan orang yang timbul sebagai hasil pengalaman dengan berbagai benda, peristiwa atau kejadian. Melalui pengalaman tersebut diperoleh fakta- fakta yang merupakan label atau simbol. Berdasarkan kesimpulan dari hasil pemikiran diatas maka konsep merupakan hasil pengalaman atau kejadian di tandai oleh sebuah label dari hasil pengalaman.
Konsep – konsep dapat disusun dalam suatu bentuk pe ta konsep atas dasar teori Ausubel. Novak mengemukakan gagasan peta konsep yang menyatakan hubungan antara konsep- konsep dalam bentuk proposisi – proposisi dapat menolong guru mengetahui konsep- konsep yang telah dimiliki oleh para siswa agar belajar bermakna dapat berlangsung, dan mengetahui penguasaan konsep – konsep pada siswa dan untuk menolong para siswa mempelajari cara belajar
Menurut Dahar (1996), dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan antara lain: (a) Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa, (b) menyelidiki cara belajar siswa (c) mengungkapkan konsepsi yang salah pada siswa dan (d) alat evaluasi. Pendapat ini menjadi salah satu dasar bahwa peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi atau penilaian. Para peneliti kemudian mengembangkan serta meneliti validasi, reabilitas dari peta konsep. Langkah – langkah yang diperlukan dalam menyusun pe ta konsep adalah (1) Mengidentifikasi semua konsep yang akan dipetakan. (2) mengurutkan konsep- konsep tersebut dari yang paling umum ke khusus. (3) Menetapkan hubungan yang mungkin antara konsep satu dengan konsep lainya dengan membuat garis penghubung dan melukiskan hubungan tersebut.
Setelah ketiga langkah tersebut dilakukan, belum dapat menjamin bahwa hasilnya adalah peta konsep yang baik, dilihat dari tata letak dan kelengkapan hubungan. Oleh karena itu, setelah dipereh peta konsep perlu diperiksa lagi untuk memperbaiki tata letak konsep agar peta konsep mudah dibaca dan dianalisis (Kadir,2002). Untuk menilainya dapat digunakan teknik scoring sebagai mana yang disarankan Novak. Skor untuk hirerki adalah lima, satu untuk priposisi dan contoh, serta sepuluh untuk hubungan silang, menurut Novak dan Gowin ( dalam Putra. 2007:5) ada beberapa komponen kriteria penilaian terhadap peta konsep. Komponen- komponen tersebut berkenaan dengan jumlah proposisi sahih, hirerki, hubungan silang dan contoh. Adapun pendapat lain bahwa peta konsep sebagai alat evaluasi dalam pembelajaran.
Artinya kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat diukur dengan menilai peta konsep yang dibuat siswa. Penilaian terhadap peta konsep dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantutatif penilaiandilakukan dengan cara pemberian skor terhadap kriteria- kriteria penyusun suatu peta konsep. Sedangkan untuk penilaian kualitatif diperoleh dari kata penghubung yang membentuk suatu proposisi. Penilaian kuantitatif terhadap suatu peta konsep yang dibuat oleh para siswa dapat dilakukan empat kriteria ( Novak, 1985:36) yaitu: 1. Kesahihan proposisi merupakan hubungan antara dua konsep yang ditunjukkan dengan garis penghubung dan kata penghunbung dan kata penghubung. Untuk satu proposisi yang valid diberi skor 1. 2. Hirearki, kedudukan konsep yang khusus berada dibawah konsep yang lebih umum dalam gambar peta konsep. Hirearki yang valid dapat diberi skor 5. 3. Kaitan silang, hubungan antara satu bagian konsep dengan bagian lain. Kaitan silang diberi skor 10. 4. Contoh- contoh, merupakan kejadian atau objek khusus yang valid dari sebuah konsep yang disajikan dalam peta konsep. Contoh yang tepat diberi skor 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar